Wednesday, January 03, 2007

Membaca dan Menulis Seasyik Bermain (III)

20. Membaca Bersama Anak dengan Riang Gembira
Penawaran produk barang dan jasa dijumpai dimana-mana. Hal ini menjadikan kita hidup dalam lingkungan yeng penuh iklan. Iklan-iklan tersebut dapat menjadi media bantu untuk memberikan pengalaman pra-membaca yang menyenangkan.

Aktivitas membaca bersama dapat terus ditingkatkan dengan membaca buku, majalah, koran atau apa pun, yang penting bersama-sama orang tua dan anak-anak. Perlu diingat aktivitas ini bukan untuk menekananak agar membaca, melainkan untuk mendrong mereka mengaitkan aktivitas membaca dengan pikiran dan suasana positif.

VI. Mengefektifkan Dongeng
21. Ajak Anak Bercerita
Dorong keberanian anak mengucapkan ide dengan bercerita kepada orang tua, biarkan anak bercerita kepada mainannya. Selain itu orang tua juga bisa meminta anak membacakan bukunya/mendongeng.Simak cerita mereka dengan perhatian dan kegembiraan. Tahan dulu kritikan, atau rasa geli saat menilai dan mendengarkannya. Beri pujian dan saran yang membangun tapi tidak dibuat-buat. pujian akan membuat anak merasa dihargai dan lebih termotivasi. Kebiasaan mendongeng akan menjadikan anak berani mengungkapkan ide dan belajar berpikir runtut dengan alur teratur

22. Rutin Bercerita
Rutin bercerita kepada anak-anak sejak masih bayi, misal setiap malam sebelum anak tidur. Karena anak-anak lebih mudah dipengaruhi saat menjelang tidur, saat itulah waktunya memasukkan nilai-nilai kehidupan, seprti kesetiakawanan, keberanian, kejujuran, tanggung jawab, kemandirian, cinta kasih, dan persahabatan.

Setelah mendengar cerita, anak akan lebih mudah dirangsang untuk membuat cerita sendiri atau meneruskan cerita yang didengarnya.

23. "Menggantung" Cerita
Coba baca sebuah buku cerita atau buat cerita versi orang tua, tapi jangan dituntaskan! Mintalah anak-anak melanjutkannya. Miarkan imajinasi mereka mengalir. Kalau perlu, setelah merekan menyambungnya, Anda sambung lagi cerita yang mereka buat, demikian bergantian seterusnya.

Cerita sambung menyambung seperti ini, hampir dapat dipastikan amburadul dan ridak fokus. Tidak apa-apa. Target orang tua adalah menjadikan anak-anak senang dan berani memulai.

Selain itu orang tua juga bisa mengajak anak-anak untuk senantiasa berpikir dengan mengandaikan sesuatu. Dan mengajak anak-anak untuk memikirkan sesuatu yang terjadi si dekitar mereka, juga merupakan cara yang cukup efektif.

24. Merekam Celoteh Anak
Untuk anak-anak yang belum bisa atau belum lancar menulis, tetapi sudah banyak mengungkapkan gagasan melalui lisan, salah satu cara yang bisa dimanfaatkan adalah merekam celoteh mereka. Pada saatmya nanti, ketika mereka sudah lancar menulis atau mengetik di komputer, celotehan itu bisa diputar ulang untuk dituangkan dalam tulisan. Jika perlu, beri kata pengantar, seolah-lah orang tua sebagai naratornya dan si kecil tokoh utamanya.

VI. Fasilitasi Sesuai Kemampuan
25. Tak Ada rotan, Akar Pun Jadi: Kertas Daur Ulang
Sediakan kardus khusus yang berisi kertas, bukan kertas baru tapi kertas bekas.Dengan begitu tidak ada alasan berat untuk menyediakan anggaran khusus pembelian kertas.Selain itu orang tua dapat mengajarkan kepada anak-anak untuk memanfaatkan apa yang ada disekitar mereka, sekaligus menerapkan prinsip hemat.Dengan itu orang tua juga bisa menularkan prinsip fungsional. Media penyaluran ide tidak harus kertas kosong dan tidak harus baru.

26. Sediakan Diari dan Notes Sesuai Pilihan Anak
Selain kertas "apa adanya", sekali-kali orang tua juga perlu membiarkan anak memilih fasilitas menarik. Misalnya diari.Diari tidak harus mahal.Bukan hanya gambar dan aksesorinya yang menjadi daya tarik, melainkan gungsinya; untuk menulis, bercerita, atau curhat.

Notes atau diaru berukuran saku, juga perlu dimiliki anak-anak. Sehingga, setiap mereka bepergian, buku tersebut dapat dibawa. Doronglah anak-anak untuk menuliskan kejadian yang menarik perhatian mereka selama di perjalanan. Apa yang ditulis tidak harus berbentuk cerita. Ungkapan hati, ide, rencana-rencana, apa pun, biarkan mereka menulis semuannya secara bebas.

27. Perlukah Bimbingan Khusus Tulis-Menulis?
Aini (Putri dari Ibunda Aini) menulis sebagai ungkapan spontan atas kejadian yang dialaminya. Bisa juga sebagai hasil imajinasi dan informasi yang diperolehnya setelah membaca buku. Kemudian imajinasi dan informasi tersebut diolah kembali, dipadukan dengankenyataan yang dilihatnya sehari-hari.

Aini tidak pernah mengikuti pelatihan jurnalistik atau kursus jurnalistik. Aini justru mengalami pelatihan-pelatihan itu bersama keluarga (dan juga sekolah). Menurut Ibunda Aini, suasana yang kondusiflah yang mendukungnya untuk senang membaca, bebas berpendapat, bebas berekspresi, bebas menulis, bebas berbuat dan menentukan pilihan. Tentu saja kebebasan itu harus diiringi dengan belajar mempertanggungjawabkannya.


VII. Pancing Kreativitas Anak
28. Bikin Mading Unik di Rumah
Sejak anak-anak mulai senang sorat-coret, sediakan fasilitas mading sederhana.Mading tersebut dibuat dari gabus yang banyak dijual di toko alat tulis. Di mading itu, hasil karya terbaik anak bisa dipajang.

Upaya untuk menampilkan hasil karya anak secara atrkatif, akan membangun citra diri dan self-confidence anak. Ketika hasi karya mereka apa pun bentuknya dipajang dan menjadi perhatian, mereka mendapat kesan bahwa lingkungan mengahargai hasil karyanya. Penghargaan ini akan terus memberi motivasi kepada mereka untuk melakukan yang lebih baik.

29. Bikin Buku Sendiri
Disekitar kita banyak informasi berceceran; dikoran, tabloid, majalah, kalender, dan lain-lain. Guntinglah artikel atau gambar yang menarik dari media cetak tersebut! Biarkan anak-anak memilih sendiri, kemudian menempelnya di buku.

Bantu anak-anak mengklasifikasi artikel sesuai topik yang mereka inginkan atau butuhkan! Namun, biarkan mereka berkreasi sendiri dengan gambar dan aksesorinya.

30. Jangan Selalu Menjawab Pertanyaan Anak
Sangat bagus kalau anak banyak bertanya. ini menunjukkan bahwa mereka peduli dengan apa yang terkjadi di lingkungan mereka. Berarti, otak mereka terus berjalan, akal m,ereka terus berkembang. Manfaatkan peluang emas ini!

Ada pertanyaan yang orang tua ketahui jawabannya, ada juga yang tidak. Tidak perlu mengakui jika memang tidak tahu.

Ibunda Aini menjadikan ketidaktahuannya-terhadap apa yang ditanyakan anak-anak-untuk menyadarkan anak-anak bahwa kita semua adalah manusia pembelajar. Dengan bersikap demikian, orang tua telah mengajari anak-anak kejujuran, sportivitas, kemampuan mengakui kelemahan diri, dan yangterpenting; kemauan belajar!

Kalaupun orang tua tahu jawabannya, jangan dibiasakan memberi jawaban "instan". Andaikan jawaban dari pertanyaan itu ada sepuluh, cobalah beri dua saja. Untuk sisanya ajaklah anak-anak untuk mencari bersama-sama.

31. Pancing Terus Analisanya
Ibunda Aini sering mengajak anak-anak menganalisa fenomena yang terjadi di sekitar mereka. Tentu analisanya sederhana dan boleh jadi jauh dari sempurna. Tidakperlu ada target, kecuai keberanian mereke untuk berpendapat. Pemberian kesempatan untuk ikut memberikan analisis, akan membuat anak-anak percaya diri. Mereka bangga dilibatkan dalam forum diskusi orang yang lebih tua.

Penyampaian argumentasi dan analisis yang beragam anatar satu anak dengan anak yanglain, akan mengajari naka-naak untuk saling menghargai perbedaan pendapat.

Pemberian kesempatan untuk menganalisis, Insya Allah akan sangat bermanfaat pada saat anak-anak berkesempatan untuk menulis. Mereka akan menulis secara runtut, dengan kaidah sebab akibat yang logis dan berani.

32. Rangsang Keingintahuannya
Jika anak-anak belum tampak memikirkan banyak fenomena alam yang seharusnya menyisakan pertanyaan di benak mereka, bersikaplah proaktif dengan melemparkan "pancingan". Lontarkan pertanyaan-pertanyaan secara sengaja!Lanjutkan dengan mengajak anak berandai-andai.

Keingintahuan anak bisa terpuaskan saat anak menemukan apa yang dicarinya di buku atau media lainya. Anak pasti merasa puas karena bisa menemukannya sendiri. Anak akan merasakan betapa bermanfaatnya buku.

33. Beri Ruang untuk Kebebasan Berekspresi
Untuk menjadikan anak-anak berkarya dengan spontan, bebas, lepas, dan mengalir tanpa hambatan, orang tua tidak perlu memberi banyak batasan.Biarkan anak-anak mengungkapkan isi hati dan pikirannya. Beri uang yang cukup agar anak-anak bebas berekspresi. Setelah semua plong, baru orang tua mengomentari dengan nada positif dan membangun.

Diskusikan apa yang dilakukan anak. Masukkan nilai-nilai yang kita anggap perlu. Namun, jangan memaksakan kehendak! Jangan terburu nafsu, atau menargetkan anak-anak harus seratus persen seperti orang tua mereka! Biarkan dulu mereka berkembang. Yang penting, jangan karena alasan anak-anak susah diatur, kemudian orang tua mengabaikan pengarahan dan proses diskusi. Anak perlu terus dibimbing.


1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Artikel-artikel di blog ini bagus-bagus. Coba lebih dipopulerkan lagi di Lintasberita.com akan lebih berguna buat pembaca di seluruh tanah air. Dan kami juga telah memiliki plugin untuk Blogspot dengan installasi mudah. Salam!

http://lintasberita.com/Lokal/Membaca_dan_Menulis_Seasyik_Bermain_III/

7:53 PM  

Post a Comment

<< Home